Minggu, 22 Januari 2012

Mengukir Cinta Fatamorgana


Beberapa kali aku mengikuti baksos kebahagiaan memang terasa ketika bisa mengumpulkan uang utuk membantu saudara kami se-bangsa, se-tanah air dan se-bahasa Indonesia, pagi ini kegiatanku bertitik pada simpang lima, sebagai korlap aku harus bisa menunjukkan sikap kepemimpinan dan rasa tanggung jawab  bagi seluruh anggota baksos.

            “ Kak rute kita ntar kemana Kak?.” Tanya salah satu anggota baksos. De’ ntar ada dua titik yang kita akan jadikan tempat untuk masyarakat Manakarra apabila ingin menyisihkan sebagian reskinya, yang pertama kita gerak di simpang lima untuk satu jam trus kita menuju ke pasar lama.” Jelasku… Ku lihat paras lugunya mengangguk-angguk ekspresi mengerti atas penjelasanku tadi, ku pandangi satu per satu teman-teman untuk memastikan mereka siap memulainya, ku raih megaphone dari karton, dan kusampaikan seluruh jerit-tangis, penderitaan yang mereka rasakan ketika bencana melanda mereka.

            Lelah, setelah kembali ke kost, ku guyur badanku agar kembali jadi segar, disetiap gemerciknya air yang jatuh dari badanku, ku bayangkan semua yang telah terjadi ketika penggalangan dana untuk Wasior, Papua Barat. Sepertinya ada yang mengganjal pada pikiranku, tapi apa itu? Sepertinya ga’ ada yang beda denga aksi yang lainnya. Otak terus ku putar menyusupi saraf-saraf, berharap ada sebuah file yang tertangkap dan masih tersimpan dalam otakku.

            Malam semakin dingin kuniatkan untuk beristirahat lebih cepat dari biasanya, karna besok pasti membutuhkan tenaga yang super untuk melaksanakan aksi yang terahir, begitulah rekomendasi dari pusat, kita melaksanakan penggalangan dana hanya dua hari. Hampir terpejam mataku untuk meninggalkan alam nyata, kudengar deringan HP-ku, kubuka SMS yang masuk.

            “ Kak, yang semangat yach, besok kita ketemu lagi, aku suka loh… ikuti kegiatan ini meskipun aku baru masuk di organisasi kemahasiswaan ini, kak mat tidur… Ka’ lesung.. Pi… Pi…!!!” aku tak hiraukan tentang apa isi, latar belakang dan tujuan penulis SMS tadi… ku biarkan diriku terlelap dalam mimpi…

            “ Kak lesung pipi?” ku toleh kebelakang, hatiku gusar, ada sebuah ikatan batin yang kurasakan….. Ku pandangi ada terbersit sebuah kata dalam pikiranku, “Perfect”. “ Kak kok bengong ..?” “ Ah, engg..gak “ jawabku terbata-bata. “ Kak kenalkan, aku Fitri Silvia Sari, kita Kak siapa?” aku bingung apa yang dia katakan, karna aku telah ter-hipnotis  oleh kecantikannya, tingkahnya, apalagi suaranya. “Kak ditanya namanya kok malah melamun?” ucapnya membuyarkan lamunanku. “Aku Alfit dek” jawabku spontan. “ ya udah aku mau kumpul ma teman-teman dulu ya kak..” pintanya.. “Iya dek, makasih.” Sebenarnya aku ingin lebih lama bersamanya, di dasar hatiku ada lengkingan suara dahsyat “ Fitri….!!!”,Aku terbangun dari tidurku seolah ada yang hilang dari dalam hidupku.. Ku lihat jam tanganku, wah setengah jam lagi aku harus tiba di lampu merah Pasar Baru. Ku raih handuk, pergi ke kamar mandi, setelah mandi siap-siap pergi… kata-kata yang keluar dari mulutku seolah menjadi nyanyian penyemangat aktifitasku.

            Tiba di tempat star penggalangan dana, ku lihat jam tangan , “ Wah udah jam segini belum ada yang datang. Dasar anak mamuju, jam karet…” udah jadi kebiasaan mahasiswa atau pelajar di Mamuju masih lemah jika berhadapan dengan waktu, ga’ bisa on time.
 
            Ku cari tempat parkiran motor, sambil tunggu teman-teman yang belum datang ku jelajahi seluruh aktifitas masyarakat mamuju yang berada di depan mata. Apakah mereka semua mendapatkan kebahagiaan? Atau malah akulah orang yang belum siap menghadapi realita hidup yang ada, apalagi kalau berkenaan dengan ‘cinta’, apa makna sesungguhnya dari lima huruf tadi? Kenapa banyak orang yang mencarinya, merawatnya bahkan ada yang menghindarinya? Belum terjawab semua pertanyaan, aku dikagetkan dengan tepukan di atas bahuku , “Kak jangan melamun? Ntar jadi timun loch.” Wah sepertinya aku pernah dengar suara ini, dimana ya?, perlahan ku tengok kebelakang, debaran jantung mulai terasa ketika kutatap parasnya’ iya dia yang masuk dalam mimpiku tadi malam, “kok sendiri dek?” tanyaku basa-basi. “Iya nich, soalnya se-kos Cuma aku yang paling rajin bangunnya he… he…” sambil mengumbar senyum, “Duh Tuhan mengapa ada ciptaan-Mu sesempurna ini..” tanyaku dalam hati. Perbincangan tak berlangsung  lama hanya sekedar basa-basi tapi ada sesuatu yang tak pernah kulupakan, sesuatu itu telah terpatri dalam hatiku;senyumnya.

            “ Teman-teman ini adalah awal bagi kita untuk memulai kebaikan, sebelum kita memulainya marilah kita berdo’a bersama semoga semua aktifitas yang kita lakukan pada saat ini berjalan lancar dari awal hingga akhir dan semoga bisa menjadi nilai tambah dalam ibadah kita”, Amin!!!

            Mamuju baru beberapa tahun menyandang nama provinsi sudah terlihat perkembangan-perkembangan yang ada dalam kota manakarra ini, dari segi pembangunan, ekonomi maupun sosial. Ku perhatikan aktifitas teman-temanku, sungguh besar pengorbanan yang mereka lakukan, berteriak, berjemur, bahkan bersusah payah menanggung beban malu ketika ada teguran dari masyarakat, “Dek sok peduli, emang sampai dana itu kesana?” Tanya salah satu masyarakat pengguna jalan. Bahkan ada pula suara canda yang menyakitkan hati teman-teman kami. “ Aku Lapar…!” suara yang keluar dari mobil plat merah, aku hanya bisa tertegun mendengarkan hal itu. Seandainya tak ada yang peduli pada mereka, apakah pemerintah akan bertindak untuk meringankan beban masyarakat yang ada di Wasior sana? Mau menolong aja masih saling menyalahkan. Mungkin inilah realita hidup di abad modern: orang yang berbuat baik masih dicela-cela.

            “ Bagaimana kawan-kawan, berapa jumlah dana yang sudah terkumpul..???” tanyaku setelah dana dihitung, “ada sekitar empat juta rupiah setelah dua hari penggalangan.” “ gini ntar setelah shalat dhuhur,  Adi, Ridwan dan Riska ikut saya, kita sama-sama untuk mentransfer uang tersebut.” Instruksiku pada teman-teman, ku lihat paras keletihan dan kebahagiaan membalut wajah mereka.

            Seperti biasa kelelahan telah menyelimuti ragaku, kusempatkan untuk istirahat sejenak sebelum mandi, tapi kelelahan ini memuncak ketika rasa penasaran tumbuh dalam pikiranku, dua hari aksi meninggalkan bekas sayatan hati, aku berjanji kan mencari obatnya.

            “ Mksih ats partisipasinya k-one? Kami dari pusat sangat berbhagia atas bntuan teman-teman yang di Sul-Bar.. moga Allah menjadikan sebagai nilai tambah dalam ibadah kalian… Ttd KETUM (Zulfikar).

            “ sama-sama K’.. Insya Allah.” Balasku . setelah kubalas SMS dari Kanda Zul, hampir bersamaan pula datang sebuah SMS. 

            “ Kak bisa bantu aku, soalnya aku punya tugas ni..? “ Tugas apa?” jawabku singkat. “ Gini Kak, aku punya tugas disuruh dosen translate-kan tugas Bahasa Inggrisku, kan Kakak jurusan Bahasa Inggris, Bisa ya..? Please…” pintanya memelas. “Insya Allah dek, ntar ku ambil tugasta’ kalo dah selesai ku kembalikan..” “Makasih Kak…”

            Hari berubah menjadi minggu, minggu berubah jadi bulan, tak terasa oleh ku, perkenalanku dengan sosok lembut Indah Zubaidah telah menaburkan benih-benih Cinta yang sebelumnya  telah tumbuh dalam mimpi, wajah yang sama tapi berbeda nama. Saat ini yang terpenting adalah menanyakan apa sejatinya diriku baginya, seorang teman, kekasih atau kakak. “ Yach ini harus kutanyakan, aku tidak ingin lama hidup dalam ketidak pastian.”

            Disela-sela kukerjakan tugas Power Point-nya, kutanyakan sesuatu pada dirinya.” Dek aku mau tanya, ni serius?” tanyaku dengan keberanian yang dipaksa-paksakan. “Kak sekarang waktunya bercanda jangan serius-serius.. ku takut ni..” timpalnya. “ Dek ni soal keberadaanku selama ini di hidupmu… Apa anggapanmu selama ini dengan ku?” ku lihat kediamannya, seolah dia ingin merangkai kata-kata  yang indah untuk diberikan kepadaku, agar tak dapat melukai perasaanku sedikitpun. Ku pandangi bibir indahnya… “Gini kak… kan selama ini kita dekat ma aku.. terus ku merasa….” Kata-kata itu terputus, karna dia menyambut temannya yang baru datang. Tepat sebelum Ashar tugas itu telah selesai. “ Dek ntar malam kita jalan yach… Intinya setelah Isya aku kesini.” Aku tak peduli, dia mau atau tidak, tapi masalah ini bagiku sangat serius.. harus ada kelanjutannya.

            Ku pulang dengan masih memikirkan apa sebenarnya yang akan dia katakan padaku tadi, tapi itu semua kutepiskan jadi mau tidak mau jawaban telah ada malam ini. Setelah shalat Isya’ ku kendarai motorku menuju rumah yang tak asing bagiku, karna roda motorku telah menjadi saksi telah berpuluhan kali menyusuri jalan ini.

            “ Assalamu’alaikum..?” sapaku dari luar. “Wa’alaikum salam.” Kutangkap jawaban salam dari dalam yang yang telah aku kenal selama ini, merdu. “Eh kak, masuk.” Ku diam tapi kulangkahkan kakiku, lalu aku duduk di sudut ruang tamu yang hanya ada dua kursi dan satu meja yang semuanya mungil berdiri di pojok, samping lemari TV. Ku perhatikan Indah masuk ke kamarnya, entah apa yang di lakukannya. Selang beberapa menit dia keluar dan tersenyum yang aku tak pernah bosan melihatnya walaupun telah tiga ratus enam puluh tiga kali dia lakukan kepadaku. “Ada apa Kak?” ucapnya mengawali pembicaraan, “ Jadi g’ kita keluar..?” meskipun aku mengerti bahwa aku dan dia tidak bisa keluar karna hujan dengan derasnya telah mengamuk di luar dan anehnya hujan itu terjadi ketika langkah pertamaku memasuki rumahnya Indah. “ Gak ka’ Hujan…”.

            Kediamanku telah menyita waktu yang panjang ku lihat jam di HP-ku, “Wah udah jam 20:39 Wita. ‘Aku harus berani jujur ma dia’ ucapku dalam hati seolah menyuntikkan motivasi dalam diriku.

            Setelah kuambil posisi yang lebih dekat dengannya, kuberanikan untuk jujur pada dirinya. “Dek, keb..bersamaan ini te..telah kita jalani hampir empat bulan, tapi aku belum tau pasti apa sejatinya diriku untukmu, tepatnya apa anggapanmu tentang aku selama ini.” Tanyaku meskipun terbata-bata aku sudah merasa lega telah mengatakannya. Sekarang giliannya, ku lihat Indah sedang mengambil posisi tepat menghadapku, sebelum bicara ia juga telah mengambil nafas yang panjang, mungkin ini adalah jawaban yang sangat sulit sehingga ia lakukan itu, “ Kak terus terang aku tidak pernah dekat dengan lelaki manapun, hanya kakak lah yang paling aku percaya, kakak tau sendiri ketika aku mau pulang kuliah aku minta kakak jemput, ketika aku ada tugas kakak lagi yang aku minta kerjakan, Kak sebenarnya kakak selama ini telah aku anggap sebagai kakakku sendiri.” Jawabnya sambil tertunduk. Selepas jawaban itu, sekujur tubuhku  dirasuki hawa dingin dan panas. Ku terdiam menyadarkan diri, apa ini mimpi? Kucubit tanganku sendiri, aku masih merasakan sakit, berarti bukan tapi kenapa harus terjadi, apa ada sesuatu seingga dia tidak mau menganggapku sebagai kekasihnya… lamunanku jauh…

            “ Alhamdulillah, jelas sudah. Terus sekarang apa yang adek harapkan dari saya sebagai Kakak?” “Kakak yang terbaik” jawabnya. Kupandangi wajahnya, “Wah malam ini ku punya adek baru” “Iya Kak” dia menangis air mata bening mengalir deras dari sudut kedua matanya. Akupun tak sadar meneteskan air mata pula. Aku tak mau hanyut dalam tangis ini dia bahagia mendapatkan sosok seorang Kakak yaitu aku, tapi tangisku adalah tangis sedih… kebersamaan ini yang kutanamkan dari awal adalah CINTA seorang kekasih pada kekasihnya, namun sekarang harus berubah menjadi cinta kakak terhadap adiknya. Adik yang tak mempunyai hubungan darah samasekali…. That is Crazy…

            Dua minggu dari kejadian itu, aku mulai paham ternyata Allah masih menyelamatkanku, seandainya aku diterima menjadi kekasihnya pasti aku bisa tebak kemaksiatan akan berjalan terus, ternyata setan telah bermain dalam hati dua manusia, kebersamaanku dengannya melupakanku pada cita-citaku, keluargaku dan yang paling penting agamaku.

            Detik ini aku Alfit Nur Alam tugas utamaku adalah belajar dan terus belajar kutulis sebuah SMS untuk adik bruku, “ Thanks, I’m sorry, I had gone from your life. Now i understand with happened to us. It’s opened my mind to look ahead, your Brother.” “ Alhamdulillah my teacher is come, when you eh, my Brother give us BIMBEL again?

            “ Sekarang “ jawabku. Ku mulai lagi mengaja Bahasa Inggris kepada Indah dan teman-temannya Mahasiswi Kebidanan Poltekes, kali ini mengajar bukan dengan CINTA namun KEIKHLASAN,  bayang-bayang fatamorgana telah berlalu…

Mamuju, 12 Desember 2010