Tarian Bunga-Bunga
Oleh : Asri El Barca
Bus
berderu-deru sang sopir sibuk memeriksa kesetabilannya, “ Perwakilan Bus Mayang
“ terpampang rapi di bagian depan rumah ukuran sedang. Suasana ramai dengan
berbagai aktifitas yang dilakukan oleh para penumpang menunggu keberangkatan
Bus.
Dari seberang jalan, seorang pemuda berumur sekitar dua
puluhan membawa tas ransel di bahunya dan satu koper berukuran sedang ia tarik
dengan perlahan.
“ Masih lama Pak ? “.
Sapanya ke penumpang yang sedari tadi menunggu keberangkatan Bus. “ Iya Dek, dari tadi belum
berangkat-berangkat.” “ Bapak mau kemana?” “ Saya mau ambilkan formuir anak saya, di salah satu perguruan tinggi
di Mamuju, kalau Adek mau kemana ?” “ Mencoba mengadu nasib Pak”. Ku amati
sekitarku, semua masih sibuk dengan kesibukannya.
Dari arah Bus, “
Semua penumpang harap bersiap diri, lima menit lagi Bus akan berangkat”.
Suara Sang kernet memekik ke sekitar Perwakilan Bus Mayang, spontan semua
penumpang sibuk mencari tempat duduk dan memasukkan barang bawaannya. Ku
langkahkan kaki dengan penuh kepastian. “
Bismillah “ ucapku ketika memasuki pintu belakang Bus. Ku arahkan pandangan
dan langkahku ke kursi yang masih kosong dekat jendela, ku sandarkan tubuhku
dan mata mulai gelap.
Ku lihat banyak wanita bersorban, mereka selalu berteriak
“ Farhan…!!!” mereka menyebut namaku
dengan bergantian, aku tidak mengenal mereka namun mengapa mereka begitu yakin
dengan sebutan nama tersebut. “ Kiri-kiri
!!!“ sang kondektur berteriak aku mulai tersadar dari mimpiku. Ku keluar
setelah menyerahkan ongkos kepada kondektur Bus. Tiba-tiba tubuhku terdorong,
tas ranselku yang hanya ku gantung di pundakku terjatuh.
“ Maafkan Aku Kak.”
Ku arahkan pandanganku pada suara tersebut. Ku perhatikan wajahnya, ‘ cantik ‘ pikiranku sibuk membahas
kecantikannya dari tajam matanya, tebal alisnya, bibir tipisnya. “ Kak maaf?” aku kaget, “ iya ga’ papa.” Cewek itupun berlalu,
ku coba ingin memanggilnya kembali namun ku tak kuasa. Ingin kulanjutkan
langkahku kembali namun kaki kananku menginjak sesuatu, ku perhatikan dan
ternyata foto si cewek tadi. Tanpa berpikir panjang kumasukkan foto tersebut
dalam tas ranselku.
Ku baringkan badanku di kasur, yang hampir memenuhi
ukuran kamar dua kali empat meter yang baru ku sewa dari ibu Kos, ‘cukup murah’
batinku, yang sebulan hanya dua ratus lima puluh ribu rupiah beserta lampu dan
airnya. Hampir mataku terpejam karna lelah, namun spontan pikiranku teringat
akan sesuatu. Ku buka tas ranselku, kuperhatikan foto dari tas tersebut
‘cantik’, di bawah pojok kanan tertulis “ SEMUT 14 Maret 2007 “. Ku simpan foto
tersebut di atas lemari. Rencana kubelikan bingkai foto dan akan menjadi
pajangan wajibku, he…. Sambil tersenyum.
Tak terasa sudah satu minggu aku berada di Mamuju, hal
apa yang bisa aku perbuat keuangan sudah menipis, untung saja aku mempunyai
sedikit keahlian dalam reparasi computer, dengan modal seadanya aku buka workshop computer.
Sudah sebulan usahaku berjalan dan penghasilan lumayan,
niatku datang ke kota manakarra ini hanya untuk bekerja, namun setelah
dipikirkan aku ingin kuliah. Mungkin dengan kuliah sedikit akan mampu merubah
nasibku.
Drap….!!! Please
answer my question???! Aku kaget Dosen memukul mejaku, aku harus menjawab
apa ? sedangkan pertanyaan tadi tidak ku dengar karna aku kurang konsen mengikuti penjelasan
Dosen tadi. “ Pernah pacaran tidak?”
bisik teman dibelakangku. Not yet, Sir.
Ku jawab sekenaku karna memang saya belum pernah pacaran. Semua temanku dalam
kelas tertawa. “ Hari gini belum pernah pacaran… Apa kata dunia?”
suasana jadi ribut karna ocehan temanku. Baru pertama kali masuk, sudah
dipermalukan, batinku. Pandanganku menangkap salah satu temanku yang belum ku
kenal namanya, dia tampak lain bagiku karna ditengah temannya sibuk
menertawaiku dia hanya diam, dan sepertinya aku pernah melihatnya.
Dunia mahasiswa membuatku haus akan ilmu, dengan tidak
melupakan kuliah dan kerja, ku sempatkan diriku untuk mendalami agama, kumasuki
organisasi ekstra kampus, yaitu organisasi keislaman. Disinilah diriku dididik
yang dikenal dengan cara Tarbiyah. Dengan tarbiyah aku lebih bisa memaknai
hidup, dan sedikit memahami apa sejatinya ISLAM. Dulu aku menganggap diriku
islam karna memang ayah dan ibu yang melahirkanku beragama islam. Ternyata
masih banyak tanda tanya yang harus aku temukan jawabannya.
Di tengah-tengah aksi penggalangan dana, ku dikagetkan
dengan pertanyaan simpatisan organisasi yang ku masuki. “ Ka’ kenapa tidak pernahki’ ku liat dekat dengan cewek ?” tanyanya
dengan nada polos. “ Sepertinya belum
saatnya “ “ Tapikan g’ lama lagi kita selesai kuliah, usahanya juga udah besar,
tunggu apa lagi ka’?” seketika itu jantungku berdegup keras.
Tibalah saatnya aku ungkapkan masalahku ini kepada
murabbiku (Pembina), “aku siap menikah,
Ustadz tolong carikan calon pendampingku.” Pintaku pada murabbiku. Berjalan
satu bulan aku dikenalkan dengan seorang akhwat yang didampingi oleh
orangtuanya. Pada saat itulah aku meng-khitbahnya.
Tiga bulan telah berlalu, aku dan istriku mengatur
barang-barang yang sudah lama tergeletak di dalam lemari. “ Aby, ku ambilkan minum ya ?” Tanya istriku meminta izin. “ Iya My, kebetulan Aby haus.” Istriku
berlalu ke dapur. Saat aku membersihkan lemari, ku temukan bingkai foto yang
sudah kusam, ku ambil lap, ku bersihkan kacanya. Seketika itu aku tercengang.
Ini foto Suherna, yang selalu di panggil dengan sebutan Enna’. Pikiranku
melayang dimasa lalu.
Duduk di bawah pohon pinang, ku curahkan seluruh isi
hatiku. “Ros, menurutmu mana lebih baik,
cinta dengan orang yang sudah jelas mencintaiku atau kepada orang yang belum
tentu cinta kepadaku?” Tanyaku sedikit malu pada temanku yang bernama
lengkap A. Rosnani.
“Waduh…!” Dengan
sedikit kaget. “ Kalau saya sih, lebih
baik mencintai orang yang benar mencintai kita, daripada mencintai orang yang
belum tentu mencintai kita. Tapi mungkin dalam hal ini orang yang dekat
denganmu justru kamu rasa sangat jauh karna kamu tidak mencintainya.” Memang
pada awal semester dua ada orang yang sangat dekat denganku.
Terus apa yang harus aku lakukan,
apakah aku harus jujur ? padahal aku belum siap, belum siap untuk ditolak. Jelasku.
“ Setiap orang takut kalau ada di posisimu,
tapi kalau tidak diutarakan sekarang, kapan lagi? Belum tentu dia menolakmu,
siapa tau dia merasakan apa yang kamu rasakan, iyakan ! menurutku, cari tau ki’
dulu, apakah dia juga mencintai kamu atau tidak. Berikan dia sinyal kalau kamu
suka denganya, tapi ingat jangan terlalu bagaimana gitu (berlebihan). Buat dia
penasaran dengan sikapmu yang kadang peduli dan kadang cuek. Siapa sih
jadi penasaran ?”
sambil menggoda.
“ Tebak aja…??” Ah…
pasti Suherna kan?” ‘Iya’ . jawabku malu. “Setelah itu liat reaksinya, kamu bisa menilai apakah dia ada rasa
juga dengan kamu atau tidak. Kemudian lakukan langkah selanjutnya.”
Berhenti sejenak. “Apa?” Tanyaku. “Ya Tembak lah” “Takut ntar mati…” keceriaan
menyelimutiku dengan Rosnani. ‘Tapi Aku masih takut….’
“Eh.. Ner.. Janganki’ langsung
down.. Nach !. Usaha aja dulu, atau ikhlaskan dia kalau menurut penilaianmu dia
tidak merasakan apa yang mu rasakan, mungkin dia bukan yang terbaik untukmu,
atau waktunya aja yang belum tepat. Percayalah biar bagaimanapun kalau jodoh
ki’, biar lamanya waktu yang memisahkan kamu dan dia pasti akan bertemu
dengannya, disaat yang lebih indah dari hari ini….”
Obrolanku terputus karna Dosen telah datang.
Aby melamun…
Tanya Istriku. Sedikit teringat masa lalu, sambil memasukkan foto itu kembali
ke karton.
Usia kelahiran Anakku tinggal menghitung hari, di malam
yang sunyi istriku berkata, By… udah
punya nama untuk calon anak kita? Iya my… Jika laki-laki akan ku beri nama Miftahuddin
dan jika perempuan ku beri nama Enna Nur Fadhilah. Jawabku yakin. Wah bagus sekali namanya By.
Hari, bulan dan Tahun berjalan sangat cepat. Aku ajak
anakku main di pelataran rumah. “ Enna’
jangan main di jalan, ntar ada motor atau mobil. Iya By. Anakku pun
mendekatiku, By Ummy Enna’ cantik tidak.
Ummy Enna’ cntik seperti kamu. By Enna’ ingin punya Ummy lagi, tapi yang cantik
seperti Enna’. Pinta anakku memelas.
Kadang diriku merasa prihatin melihat putriku Enna’.
Semenjak lahir hingga saat ini belum pernah merasakan kasih-sayang ibunya,
hanya babysister-lah yang merawatnya.
Lalu apa yang harus aku lakukan, siapa yang mau dengan duda anak satu.
Aku harus menghubungi Murabbiku semasa aku mahasiswa
dulu. Malam ini aku bersilaturahmi ke rumah beliau. “Assalamu’alaikum?” sambil ku ketuk pintu rumah beliau. Wa’alaikumussalam. Eh… Nak Farhan, masuk.
Ku langkahkan kakiku dengan penuh keyakinan bahwa beliau dapat membantu. “Ada apa ya?” Tanya Ustadz Chalik. Gini Ustadz ana kesini mau minta tolong
lagi?’ Insya Allah Jawabnya. Ustadz
si kecil di rumah sering merengek minta Ummy lagi. Wah… kenapa baru sekarang.
Jawab Ustadzah Qana’ah dari balik gorden.
Tak lama kemudian Ustadzah Qana’ah istri Ustadz Chalik
membawakan dua cangkir teh, dan beliau ikut nimbrung dalam obrolanku dengan
ustadz Chalik. Kulirik jam dan aku langsung pamit.
Dua minggu, Ustadz Chalik bekunjung ke rumahku. Calon Ummynya udah ada. Mau dilihat atau
tidak. “ Tidak Ustadz. Dia mau menerimaku saja aku sudah bersyukur “
Resepsi pernikahan hanya dilakukan kecil-kecilan. Setelah acara selesai, Ayah
dari istri baruku menyuruhku untuk menemuinya. Ku temui istriku di kamar, Aku
masuk setelah mengucapkan salam, dan telah ku dengar jawaban salam yang lembut
dari dalam kamar. “ K’ Farhan “ dia
tercengang. Iya….!!! aku heran, kenapa istriku yang diriku tidak pernah
menemuinya sudah mengenalku. K’ Ku buka
jilbabku ya K’. pintanya setelah shalat dua rakaat dan ku pegang
ubun-ubunnya.
“ Suherna !!!“
aku kaget, istriku adalah orang yang ku naksir dulu. “ Kenapa, mau sama saya, yang statusnya Duda mempunyai anak satu”. “Aku sebenarnya suka dengan kakak namun tak
ada keberanian dan kejujuran, kalau sekedar pacaran aku tidak mau”. Kenapa ? Ya menjaga kesucian diri lah K’?
Kok mau ama kakak? Knapa tidak mencari yang masih perjaka? Langsung saja
jari telunjuk lembut milik istriku menyentuh bibirku. Suasana malam diluar
sangat indah, kebahagiaan terasa ke semua mahluk ciptaan-Nya.
Aby… ini foto Ummy
baruku yach? Ntah dari mana Anakku menemukannya. “ SEMUT 14 Maret 2007 , “Apa artinya By?” “Tanya Ummymu nak. “ Istriku menghampiri Anakku, “SEMUT itu Si Imut”. Sambil menunjukkan wajah terimutnya Istri
dan anakku tertawa. Aku bahagia karna putriku sangat gembira, meskipun kasih
sayang itu bukan dari ibu kandungnya yang meninggal disaat melahirkannya. “By… Ayo.. Main ke Taman”. Taman yang pernah dirawat almarhumah istriku. “Enna’ sini aby.. kasi bunga bagus”.
Seketika itu Istri dan anakku menoleh. Tawapun pecah. Aku baru tersadar kalau
istri dan anakku memiliki nama panggilan yang sama. Kebahagiaan menghiasi
keluarga kecil… angin berhembus menggoyang-goyang lembut bunga-bunga. Tiga
orang keluarga kecil memperhatikan bunga yang bergoyang, seolah seperti Tarian
Bunga-Bunga yang ikut merasakan kebahagiaan. Karna canda tawapun pecah, seolah
kebahagiaan tak mau berhenti.
Mamuju,
28 Mei 2011
Kos
yang sunyi, 02:00 Wita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar