Gimana
yach memulainya, penulis jadi bingung, kisah muda memang kisah unik, tak ada
yang mampu membuat sesuai dengan apa yang dia minta karna kisah muda bukan
kisah yang diada-ada. Sosok pemuda sebut saja Aris mengisahkan kisahnya padaku
dan setelah menimbang, mengukur dan bla-bla-bla-bla,,,, ahirnya jadilah
kisah yang akan menjadi pelajaran hidup bagi kita semua. Kisah ini gue kasi
title “ Sepasang Petir di Kabut Asa”. Simak meki taaabe’....:
“ Witteng tresno jalaran soko
kulino “ itulah satu kalimat yang sering diucapkan eyang dulu. Katanya sih
kalo bahasa moderennya “berseminya cinta itu karena keseringan” aku juga masih
belum paham. Jujur bapak orang jawa, mama lahir di palopo sedangkan aku lahir
di salogatta, jadi aku bisa buat suku baru JAPASAL dari pada ribet semuanyakan
sudah mewakili nama tempat kelahiran masing-masing, tapi karna ribet ahirnya
lebih disingkatin aja jadi JAWA SOLO, kok gitu??? Pasti kalian juga bingung...
semua pertanyaansama yang diajukan orang-orang.
Solo-nya mana? Jawabnya cuman satu SOLOWESI. Hehehehe.
Dari kata almarhum eyang-ku, aku sih
tidak percaya. Apa ada cowok sepertiku bisa jatuh cinta?. Aku sudah tidak
percaya sama wanita itu semenjak aku pacaran sama AMI, Ami suka gue, gue suka
ami. Tapi mama ami tak suka gue sama halnya mama gue tak suka ami jadi gile....
brabe deh urusannye ye..... ke-
dua. Pacaran sama Imma, Cewek yang hobinya suka
pake jilbab merah, baju merah, untung celananya tidak merah. Mana lagi kalo
kuliah tengah hari lagi, apa tidak terbakar kampus. Pacaran hampir genap
setengah semester aku kecelakaan, motor hancur, sudah diperbaiki dan bisa
dikendarai lagi. Masalahnya dimana yach..?. Eh, hampir lupa masalahnya
Imma nelpon curhat, katanya dijodohin. Aku bersyukur tdak jadi, jadi bisa
lanjut lagi. Sebulan tidak ada kabar ahirnya dia datang aku diajaknya keliling
dengan sepeda motor produksi tahun 2008-2009 aku iya’in... setelah hari hampir
gelap, diberinya aku amplop-yach aku jadi melotot... apa itu...???? “Datang
yach di hari pernikahan ku... aku berharap sekali..”. Nasyeb.
Mulai dari semester lima aku ga’
pernah lagi kenal yang namanya pacaran serius, serius berarti siap mampus.
Bermodal jadi guru PPL aku sudah bisa ML, ( kok buka-bukaan yach ceritanya apa
da’ malu RIS??? Yach da papa sudah tobat kok Insya Allah tak terjerumus lagi.
Udah hampir 4 bulan, ya dah terusin) tapi aku tak suka jika aku pacaran sama
muridku sendiri. Tentunya setelah penarikan ku lakukan. Adek yang sering
menemani menghabiskan malam di malam minggu.
Kos-kosan tempat bebas, tapi tak semua
tak termasuk kos yang ku tempati, semenjak tak pernah lagi ada panggilan aku
jadi gulung sarung sendiri-aneh biasanya gulung tikar. Banyak teman yang
tiba-tiba masuk ke kamar, curhat, bla-bla-bla... yah maklum lama tak dapat
nafkah batin dari suami-janda. Aris yang begitu haus, boleh-lah satu
kali dan ahirnya malam itu yang terahir kali. Karena masih dekat aku dimintain
uang sedkit dmi sdikit pas udah berjumlah dua ratus ribu entah dia pindah kos
kemana aku pun tak tau. Nilai dua ratus ribu dibanding dengan pengalaman aku
tak rugi. Tapi anehnya kenapa yach hampir semua temanku dihutangin, -tetangga2
kosnya. Wah, modus penipuan ala pindah kos.
Kuteruskan saja hidupku, mengalir
terus tak ada yang menghalangi. Sampai di suatu ketika cobaan untuk melakukan
itu masih ada saja jalan. Kata kawan-kawanku “bola muntah bray” namanya
Elhy, nak ingusan yang belum lulus SMA, entah karna permasalahan keluarga, aku
tidak tau. Setahu saya anak itu suku jawa juga. Dia ikut dengan temanku,
disewakan kos dibelakangku, namun ketika temanku yang tak begitu akrab itu
pergi dia sering ke kos. Maklum tak ada yang tak suka kosku, surganya para anak
kos. Aku sering membeli cemilan dan menumpuknya di lemari. Jika ia datang pasti
aku suguhkan. Mungkin lantaran suka sama suka aku pun mau. Siapa yang tidak
mau ? Kucing pun pasti mau jika disuguhkan ikan asin..... kapan tobatnya.
Mungkin ini bisa dikatakan awal
pertobatanku (penulis mlongo), seumur hidupku ini baru akan ku lakukan dalam
hidupku. KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Salah mas, salah..... yang bener
Kuliah Kerja Nyata). Berkunjung di desa tetangga memiliki adat, budaya sendiri.
Mestinya aku tak bisa membawa gaya hidupku seperti ini ke tempat itu. Tepat,
selama dua bulan menjalankan dua belas misi (program) ahirnya berjalan semua.
Sayangnya dari ke-dua belas program itu hanya satu program yang sangat
dibanggakan oleh masyarakat. Kata Pak Kaur Pembangunan, Desa ini sangat
berterimakasih sekali atas kedatangan mahasiswa, karna biasanya kami menerima
anak KKN itu dari kota sebelah ( Palu-Sulawesi Tengah. Maklum tempat KKN kami
perbatasan antara Sulawesi Barat (Mamuju) dan Sulawesi Tengah) namun dari
seluruh program tak ada yang bisa berbekas, namun setelah adik-adik datang adik
telah memberi kado yang istimewa. ILMU, karna ilmu tak kan mudah hilang dan
selalu dibutuhkan.
Selama KKN ada satu cewek yang
selalu ku ganggu, mungkin karna aku suka sama dia. Aku kagum dengan tingkahnya
yang kalem, penyayang dengan anak kecil dan pintar masak. Pass untuk calon
Ibu. Namanya Ria. Perjalanan ke Palu menjenguk sekdes yang kecelakaan
menjadi kisah tersendiri, sebenarnya yang naik motor banyak namun aku tak
sanggup mengikutinya. Sepanjang perjalanan hanya jari telunjuknya yang ku
pegang, ntah mengapa sosok wanita ini aku sangat menghargainya, tak kubiarkan
ia terluka, ternoda karna orang lain atau olehku sendiri.
Dekatlah aku dengannya, setan
penghuni asli di desa itu pun cemburu melihatku. (Kok bisa ? makanya ketik lagi
mas, biar tau ceritanya.) bapak yang ku tempati itu suku bugis namun sudah
berbaur, malahan dia bisa bahasa mandar, karna kebanyakan di Desa Sarude ini
suku Mandar dan Kaili. Tapi tetap saja dialeknya ikut PALU ya wajar dari
Toli-toli. Teman-temanku juga banyak yang dari Mandar. Karna satu daerah wal
hasil banyak keluarga hilang yang telah ditemukan (maksudmu Ris apa? Keluarga
hilang ? aneh-aneh saja. Bilang aja keluarga jauh yang belum pernah ke usut,
dan ketika diusut silsilah keluarganya ahirnya ketemu gitu. OK lanjut) malam
itu Bunda ingin diantar ke rumah keluarganya karna ingin bermalam disana, Ria
diajak dan aku pun diajak bunda untuk menemani Ria. Sebenrnya Ria gak setuju
namun setelah mendengar penjelasanku yang meyakinkan ahirnya ia mengangguk. Ia
sangat menghormatiku mungkin karna aku tak pernah berlaku kasar padanya. Sepulang
dari tempat yang lumayan jauh sekitar lima belas menit naik motor Bapak Posko,
Aku dan Ria pulang. Dua motor sekarang hanya saya yang ada boncengannya. Aku
merasakan hawa dingin di kaki kiriku. Aku mengeluh sama ria, aku ingin
menggenggam tangannya namun hanya telunjuk yang aku bisa. “ Kalasi lagi
ini..” ocehan kecil terlepas dari bibir mungilnya.
Tiba di rumah aku setengah sadar,
meronta dan bernafas tak teratur. Yang kurasakan dingin, dingin,,,, sepertinya
ntah aku mau diajak kemana... aku tak sadar. Tiba-tiba aku terbangun banyak
yang mengerumuniku. “Aris, Aris sudah baikan nak.?” Tanya Mama Ono’ Ibu
Posko yang merawatku. “Iyya bu..”. ku lihat wajah takut dan kwatirnya
Ria. Wajah itulah yang pertama kali membuat aku jatuh cinta-Ini mungkin yang
dikatakan eyang dulu.. “Witing tresno”. Namun kulihat sebelahku Nay
sepupuku pinsan. “Dia yang sedari tadi bacakan kamu ayat kursi malah pinsan.”
Kata ibu posko. Aku disuruh
menggeser agak jauh. Berselang tiga menit temanku suku mandar langsung berteriak
memberontak.... dengan bahasa kaili, menurut yang paham bahasa kaili katanya
sakit lututnya, perutnya dan kepalanya, karna kecelakaan. Wallahu a’lam..
setelah sadar ahirnya kami tidur jama’aah.. namun tetap ada pemisah.
Dua minggu sebelum penarikan KKN aku
ungkapkan perasaan suka-ku pada Ria. Unik, malam itu aku tak butuh jawaban, aku
hanya suruh dia berpikir apakah aku layak untuk diterima. Sebelum berangkat
sholat jum’at aku tanya kembali ke Ria apakah udah ada jawaban tapi aku minta
setelah shalat jum’at baru dijawab. Ahirnya ia juga suka padaku. Aku mulai
jalani hari-hari seperti biasa. Namun sayang kisah cintaku tumbuh pada dua
pekan ahir menjelang penarikan.
Menjelang perpisahan se-kecamatan,
sebenarnya serentak se-kabupaten Pasang Kayu namun berbeda tempat. Dua posko
digabung untuk perpisahannya dan diarahkan ke Lapangan Sarjo. Ternyata Bapak
Camat Sarjo pun bahagia dengan satu program yang dibanggakan Bapak Kaur, dan
Berniat akan menjadikan program kecamatan sebagai program lanjutan. Wajar yang
handle-kan pernah tau agama juga, lagian pematerinya dari KANDEPAG Pasang Kayu
(Kantor Departemen Agama “ Salam buat H. Rusdin insya Allah kami akan
berkunjung ke rumah bapak dan semua warga Desa Sarude” penulis makin repot nich
dengan angan Aris) yang mantap membawakan materinya. Malam itu ku menyaksikan
air mata tulus pra pelepasan KKN, aku tak meneteskan air mata sedikitpun, krna
aku merasa bahwa aku masih bermalam disini malam ini.
Pagi hari, bangun dengan perasaan
campur aduk. Disaat melekatnya perasaan dengan masyarakat, bapak dan ibu posko
cowok dan cewek dan teman-teman waktu telah merampas paksa kebahagiaan hampir
dua bulan yang tertanam dan menyuruh kami untuk pergi. Pagi hingga siang itu
banyak tumpahan air mata di Desa Sarude, air mata ingin menahan dan melepaskan.
Aku pun terlalu sibuk mengurus mobil penjemputan dan ahirnya aku tak melihat
pulangnya kekasih baruku yang baru dua minggu. Yah... mungkin hanya digariskan
sampai disini. Tiba aku pamit, seolah aku pamit dengan orang yang sangaaat takut
aku tinggalkan (smoga semua sehat-sehat
disana) aku meraung, air mataku deras mengalir, aku layaknya anak kecil yang
ditinggal orang tuaku. Aku pun dinasehati, disuruh istigfar. Entah hubungan apa
sampai membuatku seperti ini. Aku pulang dengan mata yang masih terselimuti
mendung kesedihan.
Tiba di kos-kosanku aku kembali pada
tabiatku lagi, aku tak bermalam di kos ntah darimana dia (adek yang menemaniku
menghabiskan malam minggu) tau kalo aku sudah kembali. Padahal aku masih
berhubungan dengan Ria, iya dia pacarku waktu di KKN kemarin. Mungkin dia
memiliki mata batin dia sungguh risau malam itu. Namun aku tak pernah
menghiraukan. Beberapa bulan kemudian aku diajak menemani temanku ke Makassar
tugas kantor, dengan alasan tak kuat aku bermalam di Polewali, paginya ku
susuri teman KKN-ku termasuk rumahnya Ria ahirnya aku menemukan Rumahnya
Bunda, aku disuruh beristirahat. “
merombomo’o na meputeh tongan’o Aris” sambil memujiku melihat badanku yang
gemuk dan tidak hitam dibanding ketika KKN. “ya’ Iyya Bunda siapa saja pasti
hitam kalo di tempat KKN, namanya mengabdi untuk mansyarakat “. “iyya,
pandundu koppimu, kesini itu sebentar Ria. Karna mau-i ke Wono, ku suruh nanti
singgah.” Aku jadi tidak sabar ingin ketemu Ria, bagaimana dia. Namun aku
harus shalat jum’at dulu.
Mesjid sedang dalam pembangunan,
yang di tempati jama’ah. Semuanya pake sarung. Tapi aku menolak waktu disuruh pake sarung suaminya
Bunda, hanya peci yang ku pinjam, ya Allah Bahasa Mandar tentunya aku sedikit tau, namun yach hanya
sedikit saja. Itulah kalo kita tinggal di tempat yang hanya ada satu suku saja.
Tanpa memikirkan jika ada musaffir yang singgah untuk shalat seperti
saya. Setelah shalat dan baring sekitar sejam. Kulihat ada cewek, memakai baju
biru nan cantik... Tas Biru yang indah dan sebotol minuman di tangan kanannya.
Dia mulai mendekat.. benarkah ini Ria...??? atau Syahrini.. ??? Apakah aku
Mimpi....???.
(
Penulis mohon maaf yach, ya ini kerjaannya Aris. Kisahnya terlalu panjang. Dan
belum menyentuh judulnya. Insya Allah akan dilanjutkan di “ Sepasang Petir di Kabut
Asa 2”)
Diselesaikan di Tobadak II, Mamuju-Sulawesi Barat-tak bisa tidur dengan penyakit sarampa'.
Pukul : 02.30.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar